Ku lihat jam keberangkatan di tiket yang
dipegang temanku, pukul 08:25. “huh.. masih satu jam lagi”. Keluhnya setelah
mengecek jam di handphone. Temanku yang satu ini bernama Eeng. Dia adalah kakak
seniorku di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Empat hari yang lalu
kami baru saja mempublikasikan beastudi ETOS ke SMA se Jombang dan sekitarnya.
Tugas ini juga didapat oleh semua penerima beastusi etos atau yang akrab
dipanggil Etoser. Pada umumnya Etoser diminta untuk menyebarkan informasi
beastudi ETOS ke daerah asal masing-masing. Nah, Mas Eeng ini dari Jombang, dan
saya membantunya publikasi, sekalian jalan-jalan hehehe.
Stasiun Kereta Api Jombang, menurut saya
lumyan rapi dan bersih. Toiletnya saja sangat terurus, sampai-sampai banyak
orang yang nongkrong di depan pagar toilet itu karena memang bersih dan nyaman.
Saya pun ikut bertengger di sana seraya membaca buku obral (15.000 an) yang dibeli
kemaren sewaktu jalan-jalan di Gramedia. Tidak ketinggalan Mas Eeng dengan
Syirah Nabawinya. Kami terlihat benar-benar bak pasangan intelektual yang tidak
bisa luput dari buku, hahaha.. awas
sirik. Ya, memang janggal sih, Cuma kami berdua yang baca buku di tengah
ratusan penumpang. Tapi nggak apa-apalah. Cuek aja coy,,
Tidak terasa satu jam berlalu begitu cepat
bersama lembaran buku yang kami habiskan.Mas Eeng memberi isyarat supaya aku
segera bersiap-siap. Dari kejauhan kereta api jurusan stasiun Gubeng Surabaya
mulai menampakan dirinya beserta kepulan asap dan suara peluitnya yang khas.
kamipun memasuki kereta yang sudah ditumbuhi jamur besi itu alias berkarat.
Sungguh tak pernah terpikir olehku, apalagi membayangkannya. Kami dan bersama
ratusan penumpang lainnya harus berdesak-desakan berbagi ruang dan nafas.
Ini lah gambaran kereta api kelas Ekonomi di
negara Indonesia yang katanya sangat kaya dengan sumber saya alamnya. Aroma
pertama saat meloncat ke dalam, wah pesing banget. Ku lihat pintu toilet yang
terbuka bebas. Di dalamnya ada kerak coklat dan cairan yang mirip eksta joss.
Namun mereka yang berjejer diantara gerbong ini kok betah banget ya.. mungkin
sudah biasa dan di badannya telah terbentuk antibodi.wewlweh,,wewleh. Langkah
pertama memasuki gerbong, tersuguh ketek basah dari abang tukang kerupuk ikan
yang sibuk menjajakan dagangannya. Dari langkah pertama dan pandangan beberapa
meter ke dapan, aku telah optimis tidak akan ada lagi lowongan duduk.But,
Alhamdulillah masih ada Space untuk barang-barangku di bagasi atas.
Tanpa sadar aku masih menyisahkan satu barang
yang masih digenggam, buku. Mungkin saking terpesonanya diriku akan pemandangan
di kereta api ini ya. Posisi berdiriku sudah mapan dan nyaman. Ku tolehkan
kepala dan ku layangkan kedua bola mata ini ke sekeliling gerbong dan
sakali-kali ke luar untuk menyaksikan rerumputan yang bergoyang. Mataku
tiba-tiba tertahan saat menangkap gambaran seorang anak kecil yang masih
mengenakan mami poko pants tak ada bocor.
Anak kecil itu terkena tumor yang telah seukuran kepalan tangannya di bibir
atas. Hati ini luluh seketika, tidak peduli lagi dengan sumuk dan buasinnya kereta
api ini. Hati kecil ini berdoa lirih, semoga anak ini diberikan kekuatan dan
kesembuhan oleh sang Maha Kuat dan Maha Menyembuhkan, Allah Swt.
Gerombolan pengamen beserta peralatan
konsernya ikut meramaikan kereta api ini. Namun sayang, aku tidak mengerti apa
yang mereka nyanyikan karena lagu jawa. So, Cuma goyang-goyang jampol aja
menikmati ketukan gendang dan genjrengan gitar yang berkocokan dangdut. Kasihan
banget mereka, ada yang memberi uang , tidak sedikit pula yang cuek dan bahkan
ada yang marah cz mungkin terganggu. Dan entah kenapa dari puluhan gerombolan
pengamen yang melintas dan manggung di depanku, tidak ada satu pun yang mau
menyodorkan botol aquanya kepadaku. Apakah wajahku seram, terlihat pelit ?
padahal sudah ku sisihkan uang ribuan untuk mereka. Ya sudahlah, ini pelajaran
buat saya sekaligus PR untuk memperbaiki tampilan face.
Ada yang saya tunggu di kereta api ini yaitu “ate kerang.. ate kerang.. doyan mangan,
doyang jajan, sewuan, lek kauman” hahahaha,,, aku sangat menyukai cara penjual
sate kerang menjajakan dagangannya, unik. Tak jarang aku nyengir-nyengir dalam
hati akibat logat dan nada penjual ate
kerang ini. Namun ini sudah hampir tiba di tujuan, ate kerang belum kunjung
datang. Kata Mas Eeng, ate kerang cuma
ada di kereta jurusan Malang. Ya
sudahlah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar