mata-mata hampir buta melihat
kekejaman
telinga-talinga hampir tuli
mendengar penyiksaan
lidah-lidah hampir kaku menahan jeritan sakit
sehingga, sakit itu mau pergi meninggalkan
raga
indah
mawar berguguran bagai sampah kertas
sinar
mentari redup laksana lilin kecil
gunung
mencakar langit menjelma tumpukan lumpur tak berharga
sawah
luas nan hijau seakan hilang ditelan gumpalan awan hitam
banyak orang mulai kehilangan
semangat juang
tangan-tangan mulai malas
mengongkang senjata
hati kecil tak berani lagi
berharap
pikiran-pikiran mulai berseru,
“mati saja !”
ada
irama semangat didadanya
ada
latusan kembang api dimatanya
ada
listrik maha dahsyat menggerakan jiwanya
dia
adalah pahlawan di titik hitam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar