Selasa, 24 Juli 2012

Sejarah Ultrassafinah dan Apresiasi Dosen


Assalamualaikum Wr.Wb


Alhamdulilah puja dan puji syukur saya sampaikan kepada seluruh pengurus
kajian dan majalah Assafinah T.Perkapalan-ITS karena masih tetap exist dan
semakin berkembang.

Saya sebagai mantan pengurus majalah Assafinah merasa bangga dengan
kemajuan sekarang ini, walaupun di awal-awal terbitnya buletin ini terasa
berat dan sempat mengalami pasang surut. sekedar pre-view ke belakang, ide
pembuatan kajian jurusan Assafinah dulu dilatar belakangi oleh
dibubarkanya bem FTK yang akhirnya berpengaruh terhadap terbentuknya
kajian-kajian jurusan yang tidak berfokus lagi pada fakultas. Disamping
itu masalah yang paling klasik adalah pendanaan karena tidak di akui-nya
kajian fakultas dan jurusan di FTK secara resmi. Masalah lain adalah tidak
adanya interaksi kuliah dan kegiatan antara jurusan2 di FTK mengakibatkan
tidak saling kenalnya antara pengurus yang membuat kaderisasi sulit
berkembang.

Sehingga untuk mengefektifkan kerja kami pun mendirikan kajian jurusan
sendiri yang bernama Assafinah pada tahun 2000 denga susunan ( Ketua:
Guslan'97, wakil: Arianto'97, Bendahara: Hasanudin'98, Publikasi/Mading
Assafinah: Fajar'98 dan beberapa anggota: Baidowi 98, Khoirul Hadi 98,
Izar 98, catur 98) kemudian ini diteruskan oleh angkatan 99. itulah
singkat ceritanya pendiriannya.....

Selanjutnya saya pasif, akhirnya datanglah saudara Erik Sugianto kepada
saya minggu kemarin memberikan sebuah buletin UltrasSafinah, saya ucapkan
trimakasih yang sebesar-besarnya karena telah mengingatkan saya kembali
bahwa tujuan hidup ini untuk berdakwah bukan untuk cari materi duniawi.

Saya punya saran kepada segenap pengurus kajian atau redatur majalah.
Bagaimana kalau para alumni dilibatkan sebagai penulis artikel, penasehat
atau sebagai penyandang dana, memeng tiap angkatan jumlahnya sedikit
tetapi kalau dikumpulkan jumlahnya cukup banyak. Insyaalloh saya dapat
menghubungi beberapa alumni dan jika ditotal jumlahnya sekitar 20 orang
dan disamping itu saya juga punya akses ke beberapa dosen (p.totok, p.
aris, p jo, p zubaid, p misbah, p nasir, b ukiq.

Disamping itu bagaimana kalau buletin tersebut dibuat juga dalam bentuk
elektronik (PDF) sehingga dapat disebarkan via email ke beberapa alumni.
sehingga mereka juga dapat membacanya dengan demikian akan terbentuk
jaringan yang kuat luas dalam dakwah dan diharapkan berkembang tidak hanya
membahas masalah agama (lowongan pekerjaan, sosial, pendidikan,
tehnologi).

Jazzakumullah Khoiron Katsiro

Wassalamualaikum wr.wb

Hasanudin
Department Of Naval Architecture
Faculty Of Marine Technology
Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS)
Telp. 031 72549256, 085648952195
hasanudin@na.its.ac.id

Terima Kasih Pak Presiden


hati-hati dengan mulutmu, pengecut
bisa menimbulkan fitnah, berdosa
pelajari dan buktikan dulu
lalu silahkan, berteriak hingga berdarah

seberapa jauh pengetahuanmu tentang tugasnya
jelas tidak serupa ketua kelas di SD,SMP,dan SMA
keringatnya mengucur deras, lelapnya pun sirna
demi kemaslahatan umat di indonesia, termasuk anda

bacalah jejak kakinya
anda akan mendapati putra terbaik bangsa
sekarang coba masuk ke dalam dirimu
apakah sepertinya ?

ketika kamu dan kamu lainnya sibuk mencari muka
katika kamu dan kamu lainnya berlagak serba bisa
katika kamu dan kamu lainnya berteriak, capat turunkan harga !
hati ini bergetar berbisik, terima kasih pak presiden, Lanjutkan !

Pahlawan di Titik Hitam


mata-mata hampir buta melihat kekejaman
telinga-talinga hampir tuli mendengar penyiksaan
lidah-lidah  hampir kaku menahan jeritan sakit
sehingga, sakit itu mau pergi meninggalkan raga

            indah mawar berguguran bagai sampah kertas
            sinar mentari redup laksana lilin kecil
            gunung mencakar langit menjelma tumpukan lumpur tak berharga
            sawah luas nan hijau seakan hilang ditelan gumpalan awan hitam

banyak orang mulai kehilangan semangat juang
tangan-tangan mulai malas mengongkang senjata
hati kecil tak berani lagi berharap
pikiran-pikiran mulai berseru, “mati saja !”

            ada irama semangat didadanya
            ada latusan kembang api dimatanya
            ada listrik maha dahsyat menggerakan jiwanya
            dia adalah pahlawan di titik hitam

Ayah dan Ibu, Merekalah Pahlawanku


saat itu bibir ini belum mampu bertutur
saat itu pengetahuanku hanyalah sebatas susu dan menangis
saat itu belum ku kenal apa itu hidup
seiring waktu, dengan penuh kesabaran kalian ajarkan satu-persatu

mentari bersinar sejukan pagi
rembulan bercahaya lembut hiasi malam
sangat indah keduanya
tetapi lebih indah sinar kasih dan sayang kalian berdua

Ayah,
engkaulah nahkoda kapal keluarga
mengarungi samudera laksana Hang Tuah
menerjang badai abaikan lelah

Ibu,
engkaulah bidadari di rumah taburan cinta
halus dan hangat pelukanmu kalahkan sutera
tulus kasih dan sayangmu tak kan habis terkikis masa

sebutkan pahlawan sejati bagi hidupmu anak-anak ?
Soekarno ! Jendral Sudirman ! Bung Tomo ! Power Rangger ! Wiro Sableng !
teriakan mereka menderu pecahkan kaca
aku terdiam dengan hati kecil berbisik, “Ayah dan Ibu, Merekalah Pahlawanku”

Dusta Manis Ibu


“biarkan aku sendiri bu”, budi menghadapkan wajahnya ke tembok, tidak ingin menatap wajah ibunya. “ ini yang selama ini mengalir di darahku, inikah yang selama ini menghidupi kami ? sangat hina bu, sangat hina !”. ibu menahan tangisnya sambil menundukan kepala. “ maafkan ibu nak, ibu terpaksa melakukan ini demi kalian ”. “tapi apakah tidak ada pekerjaan lain ? bukankah ibu yang mengajarkan kepada kami untuk menjauhi hal-hal semacam ini ?”. hening.

“besok aku akan menyusul ayah ke jakarta”. budi memecah kesunyian. “tetapi anakku, kita tidak tahu di mana ayah sekarang, masih hidup atau tidak kita tidak tahu. bagaimana kamu dapat menemukannya di ibu kota seluas jakarta ?”, ibu mencoba mengurungkan niat budi. “ah, aku tidak peduli, labih baik sekalian aku mati di sana daripada harus makan dari uang haram.”
Bersambung…