Selasa, 24 Juli 2012

My Adventure in Economic Class Train


Ku lihat jam keberangkatan di tiket yang dipegang temanku, pukul 08:25. “huh.. masih satu jam lagi”. Keluhnya setelah mengecek jam di handphone. Temanku yang satu ini bernama Eeng. Dia adalah kakak seniorku di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Empat hari yang lalu kami baru saja mempublikasikan beastudi ETOS ke SMA se Jombang dan sekitarnya. Tugas ini juga didapat oleh semua penerima beastusi etos atau yang akrab dipanggil Etoser. Pada umumnya Etoser diminta untuk menyebarkan informasi beastudi ETOS ke daerah asal masing-masing. Nah, Mas Eeng ini dari Jombang, dan saya membantunya publikasi, sekalian jalan-jalan hehehe.

Stasiun Kereta Api Jombang, menurut saya lumyan rapi dan bersih. Toiletnya saja sangat terurus, sampai-sampai banyak orang yang nongkrong di depan pagar toilet itu karena memang bersih dan nyaman. Saya pun ikut bertengger di sana seraya membaca buku obral (15.000 an) yang dibeli kemaren sewaktu jalan-jalan di Gramedia. Tidak ketinggalan Mas Eeng dengan Syirah Nabawinya. Kami terlihat benar-benar bak pasangan intelektual yang tidak bisa luput dari buku, hahaha.. awas sirik. Ya, memang janggal sih, Cuma kami berdua yang baca buku di tengah ratusan penumpang. Tapi nggak apa-apalah. Cuek aja coy,,
Tidak terasa satu jam berlalu begitu cepat bersama lembaran buku yang kami habiskan.Mas Eeng memberi isyarat supaya aku segera bersiap-siap. Dari kejauhan kereta api jurusan stasiun Gubeng Surabaya mulai menampakan dirinya beserta kepulan asap dan suara peluitnya yang khas. kamipun memasuki kereta yang sudah ditumbuhi jamur besi itu alias berkarat. Sungguh tak pernah terpikir olehku, apalagi membayangkannya. Kami dan bersama ratusan penumpang lainnya harus berdesak-desakan berbagi ruang dan nafas.

Ini lah gambaran kereta api kelas Ekonomi di negara Indonesia yang katanya sangat kaya dengan sumber saya alamnya. Aroma pertama saat meloncat ke dalam, wah pesing banget. Ku lihat pintu toilet yang terbuka bebas. Di dalamnya ada kerak coklat dan cairan yang mirip eksta joss. Namun mereka yang berjejer diantara gerbong ini kok betah banget ya.. mungkin sudah biasa dan di badannya telah terbentuk antibodi.wewlweh,,wewleh. Langkah pertama memasuki gerbong, tersuguh ketek basah dari abang tukang kerupuk ikan yang sibuk menjajakan dagangannya. Dari langkah pertama dan pandangan beberapa meter ke dapan, aku telah optimis tidak akan ada lagi lowongan duduk.But, Alhamdulillah masih ada Space  untuk barang-barangku di bagasi atas.

Tanpa sadar aku masih menyisahkan satu barang yang masih digenggam, buku. Mungkin saking terpesonanya diriku akan pemandangan di kereta api ini ya. Posisi berdiriku sudah mapan dan nyaman. Ku tolehkan kepala dan ku layangkan kedua bola mata ini ke sekeliling gerbong dan sakali-kali ke luar untuk menyaksikan rerumputan yang bergoyang. Mataku tiba-tiba tertahan saat menangkap gambaran seorang anak kecil yang masih mengenakan mami poko pants tak ada bocor. Anak kecil itu terkena tumor yang telah seukuran kepalan tangannya di bibir atas. Hati ini luluh seketika, tidak peduli lagi dengan sumuk dan buasinnya kereta api ini. Hati kecil ini berdoa lirih, semoga anak ini diberikan kekuatan dan kesembuhan oleh sang Maha Kuat dan Maha Menyembuhkan, Allah Swt.

Gerombolan pengamen beserta peralatan konsernya ikut meramaikan kereta api ini. Namun sayang, aku tidak mengerti apa yang mereka nyanyikan karena lagu jawa. So, Cuma goyang-goyang jampol aja menikmati ketukan gendang dan genjrengan gitar yang berkocokan dangdut. Kasihan banget mereka, ada yang memberi uang , tidak sedikit pula yang cuek dan bahkan ada yang marah cz mungkin terganggu. Dan entah kenapa dari puluhan gerombolan pengamen yang melintas dan manggung di depanku, tidak ada satu pun yang mau menyodorkan botol aquanya kepadaku. Apakah wajahku seram, terlihat pelit ? padahal sudah ku sisihkan uang ribuan untuk mereka. Ya sudahlah, ini pelajaran buat saya sekaligus PR untuk memperbaiki tampilan face.

Ada yang saya tunggu di kereta api ini yaitu “ate kerang.. ate kerang.. doyan mangan, doyang jajan, sewuan, lek kauman”  hahahaha,,, aku sangat menyukai cara penjual sate kerang menjajakan dagangannya, unik. Tak jarang aku nyengir-nyengir dalam hati akibat logat dan nada penjual ate kerang ini. Namun ini sudah hampir tiba di tujuan, ate kerang belum kunjung datang. Kata Mas Eeng, ate kerang cuma ada di kereta jurusan Malang. Ya sudahlah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar